
Potensi kreativitas sebenarnya sudah dimiliki anak-anak sejak lahir. Orangtua dan gurulah yang harus memastikan potensi mereka agar berkembang secara optimal. Konon, daya kreatif inilah yang menentukan kemampuan seseorang kelak meraih sukses.
Berikut ini cara mengembangkan potensi yang terpendam itu.:
Bebaskan anak berimajinasi, lalu tuntun agar dia mengekspresikannya melalui gambar, cerita lisan, tulisan, gerakan, music, atau lagu. Pandanglah secara positif daya imajinasi atau khayal anak. Jika kreativitas diibaratkan ikan, maka imajinasi adalah airnya.
Hindari pelabelan “anak nakal”, “pemimpi”, “suka mengada-ada” ketika seorang anak sedang menggunakan daya imajinasinya.
Jawablah setiap pertanyaan dengan lugas untuk memuaskan keingintahuan anak
.
Hati-hati dengan lomba-lomba yang belakangan marak. Kreativitas membutuhkan kebebasan psikologis. Artinya, hanya berkarya mengikuti dorongan hati, tanpa ada target harus juara atau ini-itu.
Pilihlah permainan dan mainan yang menantang untuk berkreasi, bukanlah sekedar menikmati barang jadi.
Dekatkan dengan karya-karya seni, misalnya lukisan, musik, drama, konser, dan sejenisnya, agar terjadi resonansi gelombang seni dalam jiwa anak.
Alam adalah karya seni paling agung. Maka dekatkan anak-anak dengan alam, seperti hutan, gunung, pantai, dan ajarilah untuk menghargainya.
Hargai dan pujilah produk kreativitas yang dihasilkan anak, sejelek apa pun hasil karyanya.
Sumber :Intisari
Berikut ini cara mengembangkan potensi yang terpendam itu.:
Bebaskan anak berimajinasi, lalu tuntun agar dia mengekspresikannya melalui gambar, cerita lisan, tulisan, gerakan, music, atau lagu. Pandanglah secara positif daya imajinasi atau khayal anak. Jika kreativitas diibaratkan ikan, maka imajinasi adalah airnya.
Hindari pelabelan “anak nakal”, “pemimpi”, “suka mengada-ada” ketika seorang anak sedang menggunakan daya imajinasinya.
Jawablah setiap pertanyaan dengan lugas untuk memuaskan keingintahuan anak
.
Hati-hati dengan lomba-lomba yang belakangan marak. Kreativitas membutuhkan kebebasan psikologis. Artinya, hanya berkarya mengikuti dorongan hati, tanpa ada target harus juara atau ini-itu.
Pilihlah permainan dan mainan yang menantang untuk berkreasi, bukanlah sekedar menikmati barang jadi.
Dekatkan dengan karya-karya seni, misalnya lukisan, musik, drama, konser, dan sejenisnya, agar terjadi resonansi gelombang seni dalam jiwa anak.
Alam adalah karya seni paling agung. Maka dekatkan anak-anak dengan alam, seperti hutan, gunung, pantai, dan ajarilah untuk menghargainya.
Hargai dan pujilah produk kreativitas yang dihasilkan anak, sejelek apa pun hasil karyanya.
Sumber :Intisari