Tanda-Tanda Anak Korban Bullying - Phoebe menggantung diri di apartemen di lantai dua rumah keluarganya di South Hadley di barat laut Massachusetts, Amerika Serikat pada bulan Januari lalu. Setelah kematian tragisnya, orang baru ngeh dengan penderitaan yang dialaminya. Selama tiga bulan, ia menerima teror SMS, fotonya dicorat-caret, hingga buku-bukunya dilempar-lemparkan oleh teman sekelasnya. Ia menjadi bulan-bulanan teman-temannya setelah "putus" dari teman pria sekelasnya setelah tiga bulan berhubungan. Sembilan temannya kini duduk di kursi pesakitan. Namun bagi keluarga Phoebe, semua tak ada artinya lagi.
Sekolah tak selamanya menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak kita. Beberapa kasus bullying yang mencuat belakangan ini menunjukkan, sekolah kadang menjadi momok bagi anak. Bukan karena pelajarannya yang sudah atau gurunya yang galak, namun justru lingkungan pertemanan di sekolah yang membuatnya tak nyaman.
Sialnya, tak semua anak bisa menceritakan "penderitaan" yang dialaminya. Bahkan, ia cenderung menutup rapat bullying yang dialaminya; entah dia didiskriditkan temannya, diejek, atau bahkan hingga "dipalak" seniornya.
Bagaimana kita bisa tahu akan kita menjadi korban bullying? "Orang dewasa dapat memiliki kontrol lebih baik jika mereka tahu apa yang terjadi pada anak dan cara menanyakannya," kata Barbara Coloroso, yang telah menulis buku best-seller bagaimana untuk memiliki "pengalaman sekolah sehat" pada anak.
Menurut Coloroso, jika anak Anda mengatakan dia "membenci" sekolah, tanyakan apa yang membuat dia tidak suka. Selain itu, "Jangan mengurangi, merasionalisasi, atau menggambarkan diri Anda untuk menjelaskan pengalaman anak, karena ini sungguh tak menolong," ujarnya. Buat dia nyaman untuk bercerita, dengarkan, dan pancing anak untuk mencari jalan keluar solusi. "Jika tak juga berhasil, saatnya Anda menemui gurunya di sekolah, atau pindahkan sekolah anak Anda."
Berikut ini beberapa saran untuk mengetahui anak kita menjadi korban bullying atau tidak:
• Ketahuilah bahwa seorang anak yang sedang diintimidasi kemungkinan besar akan memberitahu rekan pertama, lalu orang tua, dan kemudian guru. "Selalu tahu siapa teman-teman anak Anda," kata Robin D'Antona, pendiri Asosiasi Internasional Pencegahan Bullying. Dengan menjalin persahabatan dengan teman anak kita, maka banyak "bocoran" yang akan disampaikannya tentang dia.
• Tanyakan kepada anak kita secara rutin apakah dia suka sekolah. Jika seorang anak menjawab bahwa ia "membenci" sekolah, tanyakan lebih dalam untuk mengetahui rincian apa yang membuatnya benci sekolah. Apakah ia membenci akademisi? Bisakah dia tidak melihat papan tulis? Gambar dari sumber sikap anak Anda ke sekolah.
• Privasi berakhir saat keselamatan anak kita terancam di sekolah. Perhatikan apa yang mereka lakukan di web, dan memeriksa ponselnya. Jika anak menginginkan buku harian, membeli buku dan sarankan menyimpan di tempat yang sekiranya perlu, kita bisa juga mengaksesnya tanpa dia tahu. "Misalnya di bawah kasur," kata D'Antona.
• Ciptakan komunikasi yang harmonis dalam keluarga kita. Buatlah anak-anak bebas mengungkapkan kata hatinya dan bisa terbuka untuk berbicara setiap saat. Ada kalanya kita harus kontak mata dengannya saat berbiicara, ada kalanya anak juga lebih nyaman bercerita pada kita tanpa kontak mata. "Perjalanan sambil mengobrol selama kita tengah menyetir, misalnya, membuat anak bebas mengungkapkan apa saja," tambah D'Antona.
Read More